• about me
  • menu
  • categories

  • WHO IS BEHIND THIS BLOG
    Hello, thanks for the visit~ I’m Geetha, a freelance graphic designer and a wife residing in Jakarta, Indonesia. Tips Graphic Design is an Indonesian blog that dedicated to all aspiring Indonesian graphic designer out there. My goal is to empower my readers and encourage them to become more inspired, motivated, passionated and realised that having 'good skill' on graphic design is not enough, that where taste, sense and experience are also have big role need to be applied.On my blog, I share everything that inspire, amuse and fascinate me. Hopefully you'll find inspiration and motivation. Knowledge is power and I believe that we each have an area of expertise that we can share with the world.

    Continued here.

    Tips: Mendesain Print Portfolio



    Portfolio adalah wadah yang menampilkan karya terbaik bagi seorang graphic designer. Portfolio biasa dipamerkan secara online (pada website) dan offline (print). Mendesain portfolio tidak harus untuk yang sudah lulus kuliah/mahasiswa saja, yang masih sekolah juga bisa kok. Portfolio bagaikan nyawa yang sangat berharga untuk graphic designer, karena itu merupakan penentu nasib untuk mendapat client.

    Dewasa ini, kebanyakan graphic designer lebih nyaman memajang portfolio secara online ketimbang offline. Alasannya gratis, lebih praktis dan bisa lebih dikenal lebih luas, tidak menutup kemungkinan mempunyai portfolio online bisa menarik perhatian beberapa calon client dari luar negeri. Lalu, apakah sudah tak perlu lagikah membuat portfolio versi offline (print)-nya lagi?

    Portfolio offline tetap diperlukan lho. Kenapa? Kan bisa portfolionya dimasukin di gadget tablet lalu di show off ke calon client? Mohon diperhatikan bahwa tidak semua calon client-mu berjiwa muda atau mengerti tekhnologi. Terutama kalo kamu melakukan interview, kamu wajib membawa print portfolio untuk ditunjukkan kepada interviewer.



    UKURAN PADA UMUMNYA
    Ukuran yang biasa digunakan umumnya ialah 8.5 x 11 inchi, 11 x 14 inchi atau 14 x 17 inchi. Semua kembali lagi padamu, lebih nyaman yang mana. Apakah kamu lebih suka yang sedikit besar supaya detail portfolio lebih terlihat atau suka yang ukuran sedang saja.

    Untuk packaging/cover buku portfolionya, tidak ada patokan khusus harus warna atau di design seperti apa. Kebanyakan graphic designer memilih format landscape (memanjang) untuk memudahkan layout portfolionya. Atau kalo mau buat format ukurannya persegi? Tidak masalah, bisa juga kok. Cover portfolio sebaiknya di design sekreatif mungkin untuk memberi kesan pertama yang kuat untuk interviewer/calon client. Berikut beberapa contoh yang bisa dijadikan gambaran dan inspirasi~


    courtesy: Klo Portfolio



    JUMLAH HALAMAN DAN URUTAN

    Pastikan yang akan kamu masukkan ialah yang paling terbaik. Jangan masukin semua dalam portfolio! Di sini kita bicara tentang kualitas bukan kuantitas.

    Ideal jumlah portfolio ialah 7-10 proyek design. Tidak terlalu sedikit atau terlalu banyak. Misal ada 1 proyek mempunyai banyak produk dan tidak muat dalam 1 halaman, gak masalah kok kamu buat jadi 2-3 halaman.

    Urutan portfolio yang menarik perhatian. Apakah kamu mau memasukkan dari yang terbaik pada halaman-halaman awal? Atau sebaliknya mau dimasukkan pada halaman-halaman penutup? Terserah kok. Saran: kamu bisa mulai dengan 2-3 proyek terbaik di depan dan 2-3 proyek lagi pada penutupnya.

    Untuk menghindari interviewer bosan melihat isi portfoliomu. sebaiknya setelah 3 halaman design logo pertama bisa kamu campur dengan jenis lain seperti photography atau web design. Dengan memasukkan design yang bervariasi seperti ini bisa membuat interviewer tetap tertarik untuk terus membuka dan memperhatikan detail tiap halamannya.



    LAYOUT

    Tips Mendesain Print Portfolio by @tipsGraphDesign

    Minimalis tidak pernah mati. Bagaimana membuat layout yang sesuai untuk portfolio graphic designer? Mengapa lebih baik mendesain layout yang minimalis (baca: simpel) ketimbang layout yang kreatif dan 'ramai' saja? Layout yang terlalu ramai akan merebut 'perhatian' dari portfolio itu sendiri padahal di sini kan mau 'jualan' portfolionya bukan layoutnya.

    Buat dummy sebelum fixed. Test bagaimana penampakan portfolio dengan print beberapa kali sampai mendapat warna yang pas misalnya. Terkadang bukanlah hal yang baru jika suatu design yang di print menjadi sedikit turun warnanya. Tentu kita tidak menginginkan hal ini terjadi. Ini berguna untuk menghindari rasa malu ketika kamu sedang mempresentasikan portfolio pada interviewer/calon client.

    Gunakan design high resolution dan font yang bisa dibaca jelas. Kalo kamu nekat asal masukkan portfolio yang gambarnya pecah-pecah atau buram, kamu tidak akan dianggap serius oleh interviewer. Hindari penggunaan font yang terlalu 'unik' sehingga menyulitkan interviewer untuk membaca keterangan yang tertera pada portfoliomu. Kalo sudah gini, yang rugi siapa?

    Lengkapi beberapa keterangan tiap design. Selain judul proyek dan nama client. Sertakan beberapa kalimat pada tiap design-nya. Disini kamu bisa jelaskan sedikit tentang konsep dan cerita di balik pengerjaan proyek design tersebut.



    LAIN-LAIN

    Portfolio tidak akan pernah selesai. Selama kamu masih berprofesi sebagai graphic designer, kamu akan terus merombak, make over, update portfoliomu. Tidak ada patokan harus seberapa sering. Kamu bisa update tiap mendapat proyek besar atau yang bisa dibanggakan. Ada juga yang merombak tiap 6 bulan sekali atau 1 tahun sekali. Lagi, ini tergantung individu graphic designer masing-masing.

    Belum pernah punya client? Tidak masalah, kamu bisa design dengan client fiktif alias 'karangan' dulu kok. Kamu juga bisa selingi dengan self-project diantaranya.


    Ada yang masih belum jelas gimana cara mendesain print portfolio? Let me know by commenting below~

    Follow Geetha on Twitter + Facebook + Pinterest + Bloglovin



    Portfolio adalah wadah yang menampilkan karya terbaik bagi seorang graphic designer. Portfolio biasa dipamerkan secara online (pada website) dan offline (print). Mendesain portfolio tidak harus untuk yang sudah lulus kuliah/mahasiswa saja, yang masih sekolah juga bisa kok. Portfolio bagaikan nyawa yang sangat berharga untuk graphic designer, karena itu merupakan penentu nasib untuk mendapat client.

    Dewasa ini, kebanyakan graphic designer lebih nyaman memajang portfolio secara online ketimbang offline. Alasannya gratis, lebih praktis dan bisa lebih dikenal lebih luas, tidak menutup kemungkinan mempunyai portfolio online bisa menarik perhatian beberapa calon client dari luar negeri. Lalu, apakah sudah tak perlu lagikah membuat portfolio versi offline (print)-nya lagi?

    Portfolio offline tetap diperlukan lho. Kenapa? Kan bisa portfolionya dimasukin di gadget tablet lalu di show off ke calon client? Mohon diperhatikan bahwa tidak semua calon client-mu berjiwa muda atau mengerti tekhnologi. Terutama kalo kamu melakukan interview, kamu wajib membawa print portfolio untuk ditunjukkan kepada interviewer.



    UKURAN PADA UMUMNYA
    Ukuran yang biasa digunakan umumnya ialah 8.5 x 11 inchi, 11 x 14 inchi atau 14 x 17 inchi. Semua kembali lagi padamu, lebih nyaman yang mana. Apakah kamu lebih suka yang sedikit besar supaya detail portfolio lebih terlihat atau suka yang ukuran sedang saja.

    Untuk packaging/cover buku portfolionya, tidak ada patokan khusus harus warna atau di design seperti apa. Kebanyakan graphic designer memilih format landscape (memanjang) untuk memudahkan layout portfolionya. Atau kalo mau buat format ukurannya persegi? Tidak masalah, bisa juga kok. Cover portfolio sebaiknya di design sekreatif mungkin untuk memberi kesan pertama yang kuat untuk interviewer/calon client. Berikut beberapa contoh yang bisa dijadikan gambaran dan inspirasi~


    courtesy: Klo Portfolio



    JUMLAH HALAMAN DAN URUTAN

    Pastikan yang akan kamu masukkan ialah yang paling terbaik. Jangan masukin semua dalam portfolio! Di sini kita bicara tentang kualitas bukan kuantitas.

    Ideal jumlah portfolio ialah 7-10 proyek design. Tidak terlalu sedikit atau terlalu banyak. Misal ada 1 proyek mempunyai banyak produk dan tidak muat dalam 1 halaman, gak masalah kok kamu buat jadi 2-3 halaman.

    Urutan portfolio yang menarik perhatian. Apakah kamu mau memasukkan dari yang terbaik pada halaman-halaman awal? Atau sebaliknya mau dimasukkan pada halaman-halaman penutup? Terserah kok. Saran: kamu bisa mulai dengan 2-3 proyek terbaik di depan dan 2-3 proyek lagi pada penutupnya.

    Untuk menghindari interviewer bosan melihat isi portfoliomu. sebaiknya setelah 3 halaman design logo pertama bisa kamu campur dengan jenis lain seperti photography atau web design. Dengan memasukkan design yang bervariasi seperti ini bisa membuat interviewer tetap tertarik untuk terus membuka dan memperhatikan detail tiap halamannya.



    LAYOUT

    Tips Mendesain Print Portfolio by @tipsGraphDesign

    Minimalis tidak pernah mati. Bagaimana membuat layout yang sesuai untuk portfolio graphic designer? Mengapa lebih baik mendesain layout yang minimalis (baca: simpel) ketimbang layout yang kreatif dan 'ramai' saja? Layout yang terlalu ramai akan merebut 'perhatian' dari portfolio itu sendiri padahal di sini kan mau 'jualan' portfolionya bukan layoutnya.

    Buat dummy sebelum fixed. Test bagaimana penampakan portfolio dengan print beberapa kali sampai mendapat warna yang pas misalnya. Terkadang bukanlah hal yang baru jika suatu design yang di print menjadi sedikit turun warnanya. Tentu kita tidak menginginkan hal ini terjadi. Ini berguna untuk menghindari rasa malu ketika kamu sedang mempresentasikan portfolio pada interviewer/calon client.

    Gunakan design high resolution dan font yang bisa dibaca jelas. Kalo kamu nekat asal masukkan portfolio yang gambarnya pecah-pecah atau buram, kamu tidak akan dianggap serius oleh interviewer. Hindari penggunaan font yang terlalu 'unik' sehingga menyulitkan interviewer untuk membaca keterangan yang tertera pada portfoliomu. Kalo sudah gini, yang rugi siapa?

    Lengkapi beberapa keterangan tiap design. Selain judul proyek dan nama client. Sertakan beberapa kalimat pada tiap design-nya. Disini kamu bisa jelaskan sedikit tentang konsep dan cerita di balik pengerjaan proyek design tersebut.



    LAIN-LAIN

    Portfolio tidak akan pernah selesai. Selama kamu masih berprofesi sebagai graphic designer, kamu akan terus merombak, make over, update portfoliomu. Tidak ada patokan harus seberapa sering. Kamu bisa update tiap mendapat proyek besar atau yang bisa dibanggakan. Ada juga yang merombak tiap 6 bulan sekali atau 1 tahun sekali. Lagi, ini tergantung individu graphic designer masing-masing.

    Belum pernah punya client? Tidak masalah, kamu bisa design dengan client fiktif alias 'karangan' dulu kok. Kamu juga bisa selingi dengan self-project diantaranya.


    Ada yang masih belum jelas gimana cara mendesain print portfolio? Let me know by commenting below~

    Follow Geetha on Twitter + Facebook + Pinterest + Bloglovin

    Thursday, August 22, 2013 .

    13 comments

    1. Wow! Mantap geeth!
      Saya belum sempet2 bikin print portfolio. Kalo yg online udah lumayan nyebar kemana2, entah di FB, behance, deviantart, dll :D
      Thanks artikelnya geeth! :D

      ReplyDelete
    2. untuk pembuatan portofolio ini menggunakan program apa ??

      ReplyDelete
      Replies
      1. Bisa pakai adobe illustrator, indesign atau photoshop :)

        Delete
    3. nice infooo.. itu bagusnya pake kertas apa?

      ReplyDelete
    4. Hallo Geetha, saya masih bingung nih dengan pembuatan dan penyusunan portfolio dengan baik seperti apa?
      Apa bisa di bantu dengan tutorial yang lebih detail lagi, karna saya masih awam banget di bidang seperti ini.
      Thank's

      ReplyDelete
    5. mau nanya ada ga referensi untuk isi desain layout dari portfolio itu sendiri yang minimalis. saya agak kesulitan untuk mendesain layout, dan saya berencana mmberikan pengelempokan isi desainya contoh 1. desain iklan majalah 2. branding yg saya tanyakan layout dari awal samapi akhir lebih baik senada atau beda beda tiap kelompoknya. trimakasih

      ReplyDelete
      Replies
      1. Sebetulnya nggak ada formula yang pasti sih alias nggak ada yang salah atau benar kalo mau buat layout mau senada semua atau berbeda-beda. Namanya juga desainer grafis yah, yang biasanya perfeksionis dan gak gampang puas, hehehe. Untuk sekarang kamu bisa coba yang layout-nya senada dulu. Lalu let's say 9 bulan kemudian kamu mau ganti portfolio, bisa coba sekalian ganti layout yang berbeda tiap kelompoknya. Eksperimen aja, yang penting: jangan sampai terlalu heboh mengalahkan isi portfolio itu sendiri ya. Good luck! :)

        Delete
    6. Salam geetha TGD, Tips yg membantu.
      Sy ingin tanya makin majunya teknologi saat ini, lebih efisien print atau digital portfolio?

      ReplyDelete
    7. Halo, terima ksih infonya.. saya mau tanya, untuk print, kertasny pakai kertas apa y?..apakah spt kertas d majalah? Dan kalau mnggunakan ukuran krtas HVS apakah msh boleh?..

      ReplyDelete

    popular posts